Senin, 12 Desember 2011

tokoh ekonomi islam

NAMA                        : Syaiful Anwar
NIM                : C94211195
KELAS           : ES-F

Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P.

A.    Biografi
Nama lengkap dan gelarnya adalah Ir.H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., lahir di Jakarta pada 29 Juni 1963. Adiwarman atau Adi (nama panggilan) merupakan cerminan sosok pemuda yang mempunyai "hobi" belajar. Dan dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama Abdul Barri Karim (12 tahun), Azizah Mutia Karim (11 tahun), dan Abdul Hafidz Karim (6 tahun) dari pernikahannya dengan Rustika Thamrin (35 tahun), seorang Sarjana Psikologi UI.
Beliau menempuh pendidikan tingkat S1 di dua perguruan tinggi yang berbeda, IPB dan UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun tahun 1988 beliau berhasil menyelesaikan studinya di European University, Belgia dan memperoleh gelar M.B.A. setelah itu beliau menyelesaikan studinya di UI yang sempat terbengkalai dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1989. Tiga tahun berikutnya, 1992, beliau juga meraih gelar S2-nya yang kedua diBoston University, Amerika Serikat dengan gelar M.A.E.P. Selain itu beliau juga pernah terlibat sebagai Visiting Research Associate pada Oxford Centre for Islamic Studies.
Pada tahun 1992 beliau masuk menjadi salah satu pegawai di Bank Mu’amalat Indonesia, setelah sebelumnya sempat bekerja di Bappenas. Karir beliau di BMI terbilang cemerlang, karir awalnya sebagai staf Litbang. Enam tahun kemudian beliau dipercaya untuk memimpin BMI cabang Jawa Barat. Jabatan terakhirnya di pionir bank syariah tersebut adalah Wakil Presiden Direktur. Jabatan tersebut dipegang sampai dengan tahun 2000, ketika beliau memutuskan untuk keluar dari BMI. Setelah melepas jabatannya di BMI, pada tahun 2001 dengan modal Rp. 40 juta beliau kemudian mendirikan perusahaan konsultan yang diberi nama Karim Business Consulting.
Pada 1999, beliau bersama kurang lebih empatpuluh lima tokoh dan cendikiawan Muslim Indonesia bersepakat mendirikan lembaga IIIT-I (The International Institute of Islamic Thought-Indonesia). IIIT, sebagai induk organisasinya yang berkedudukan di Amerika Serikat adalah lembaga kajian pemikiran Islam yang berupaya mengeksplorasi Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai respon Islam atas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan.

B.     Pemikirannya Tentang Ekonomi Islam
Beliau termasuk dalam salah satu cendrkiawan muslim yang ahli dalam bidang ekonomi syariah sehingga beliau pun di masukkan dalam kategori pemikir muslim yang fundamentalis. Namun dalam kata fundamentalis ini didefinisikan dalam konteks pola-pola pemikiran, ide dan gagasan dalam memperjuangkan syari’at Islam dalam praktek keekonomian.
Beliau memadukan pemikiran antara pendekatan sejarah, pendekatan fiqh dan ekonomi. Dalam pendekatan sejarah, beliau selalu merujuk kepada peristiwa-peristiwa sejarah Islam klasik terutama pada zaman Rasulullah apabila menemukan fenomena-fenomena ekonomi yang ada. Serta memadukan pemikiran-pemikiran cendekiawan besar muslim klasik dan mengaplikasikannya dalam konteks kekinian.
Dalam pandangan fiqh, beliau tidak hanya berbicara pada aspek ‘ubudiyah semata yang mana fiqh berbicara aspek sosial masyarakat yang lebih luas, terutama ketika dibingkai dalam wadah fiqhul waqi'iy (fiqh realitas). Dalam format yang demikian, fiqh lebih merupakan suatu respon atas problematika kontemporer sebagai suatu upaya menemukan jawaban dan solusi yang tepat bagi suatu masyarakat tertentu dalam konteks tertentu pula. Karena itu Adiwarman selalu berpegang pada adagium "li kulli maqam, maqal. Wa likulli maqal, maqam". (Setiap kondisi butuh ungkapan yang tepat. Dan setiap ungkapan, butuh waktu yang tepat pula). Untuk dapat merespon fenomena ekonomik, prinsip-prinsip fiqh yang diformulasikan ulama masa lalu ditarik pada perspektif ekonomi. Sederhananya beliau menggunakan istilah-istilah dan prinsip-prinsip fiqh dalam membahas masalah-masalah ekonomi. Sebagai contoh beliau menjelaskan fenomena distorsi (tindakan perekonomian yang dilarang dalam Islam) permintaan dan penawaran (false demand dan false supply).
            Menurut pandangan umum, ekonomi Islam selalu didefinisikan sebagai suatu perekonomian yang berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah. Dan sering kali definisi tersebut belum tuntas penjelasannya, sehingga terkesan bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi apa saja yang dibungkus dengan argument-argumen dari ayat-ayat atau hadits-hadits tertentu. Dan berlandaskan dari masalah itu, beliau memberikan penjelasan sedikit tentang ekonomi Islam, yaitu ekonomi yang di bangun di atas nilai-nilai universal Islam. Nilai-nilai tersebut adalah tauhid (keesaan), ‘adl (keadilan), khilafah (pemerintahan), nubuwah (kenabian), dan ma’ad (return).
            Prinsip-prinsip di atas, ketika ditarik dalam konteks ekonomi menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori dan proposisi ekonomi Islam. Serta terciptanya sistem ekonomi Islam yang menjadi payung dan jaminan bagi keberlangsungan hidup masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar