Senin, 12 Desember 2011

pembangunan indonesia

KATA PENGANTAR

Ucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan hidayahNya dan memberi kemudahan untuk penulis menyelesaikan makalah ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia dalam waktu yang telah di tentukan dengan judul “Pertumbuhan dan Sruktur Ekonomi Indonesia” dengan lancar.
            Ucapan terima kasih yang tak terlupa pada keluarga penulis, khusunya kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan, teman-teman penulis baik dari moril maupun inmateriil. Terima kasih pula kepada dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang telah memberi pengarahan dalam materi ini sehingga memudahkan penulis menyelesaikan makalah ini. Dan masih banyak lagi yang belum tertulis karena keterbatasan tempat penulis ucapkan banyak terima kasih.
            Penulis menyadari banyak kekurangan dan penulis mengaharapkan kritikan dari pembaca untuk memperbaiki pembuatan makalah penulis selanjutnya. Harapan penulis terhadap makalah ini agar dapat memberi manfaat bagi pembaca dan pembaca dapat lebih paham terhadap materi ini.

01 November 2011


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan negara, khususnya negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, tidak terlepas dari sistem perekonomian yang diterapkan dinegara tersebut. Dan dalam perekonomian indonesia selalu mengalami perkembangan dan setiap struktur pada setiap zaman mengalami perubahan, banyak faktor yanag mempengaruhi itu semua, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor-faktor  internal, diantaranya kondisi fisik alam, letak geografis, jumlah dan kualitas sumber daya alam, sumber daya manusia yang dimiliki, kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, sistem politik serta peran pemerintah didalam perekonomiaan. Sedangkan faktor-faktor eksternal meliputi perkembangan teknologi, kondisi perekonomian, politik dunia, serta keamanan global.
Pada indonesia terdapat beberapa periode, yaitu periode orde baru dan orde reformasi, periode ini juga memiliki struktur perekonomian yang berbeda dan ini terjadi karena beberapa faktor. Sehingga makalah ini akan membahas perkembangan dan perubahan struktur ekonomi dan faktor apa yang mempengaruhinya.

B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas, muncul berbagai rumusan masalah yang dapat kita uarikan dalam makalah ini sebagai berikut :
1.      Bagaimana pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi?
2.      Bagaimana pertumbuhan ekonomi indonesia pada periode orde baru dan orde reformasi?
3.      Faktor-faktor apa saja yang menjadikan penentu prospek pertumbuhan ekonomi indonesia?
4.      Bagaimana perubahan struktur ekonomi di Indonesia?

C.    Tujuan Masalah
Setelah rumusan masalah diatas maka tujuan masalah makalah ini sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi.
2.      Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi indonesia pad periode orde baru dan orde reformasi.
3.      Untuk mengatahui apa saja yang menjadi faktor penentu prospek pertumbuhan ekonomi indonesia.
4.      Untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi indonesia.















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) dari suatu negara atau daerah. Pertumbuhan ekonomi dikatakan meningkat apabila presentase kenaikan Produk Domestik Bruto pada satu periode lebih besar dari pada periode sebelumnya. Kenaikan PDB tersebut tidak disertai perhitungan persentasenya terhadap tingkat pertumbuhan pendududuk.
Jadi, pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan PDB suatu negara tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan pendududuk.[1]
Pertumbuhan Ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejateraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan komsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun.
Selain dari sisi permintaan (Komsumsi), dari sisi penawaran, pertumbuhan penduduk membutuhkan pertumbuhan kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan penempatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pemenuhan kebutuhan komsumsi dan kesempatan kerja itu sendiri hanya bisa dicapai dengan peningkatan output agrerat (barang atau jasa) atau PDB yang terus menerus. Dalam pemahaman ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang artinya berarti peningkatan Pendapatan Nasional (PN).[2]
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan masyarakat suatu negara dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Untuk lebih memudahkan anda memahami pengertian pendapatan nasional, perhatikan bagan berikut :[3]
Jika dilihat dari jumlah barang dan jasa yang dihasilkan, pendapatan nasional dapat dikelompokkan menjadi :[4]
1.      Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) atau  yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi masyarakat suatu Negara dalam priode tertentu, biasanya satu tahun. Perhitungannya dengan menjumlahkan semua hasil produksi barang dan jasa dari masyarakat yang tinggal di suatu Negara, ditambah warga Negara asing yang bekerja di Negara tersebut.
2.      Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) yaitu seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga Negara. Dalam priode tertentu, biasanya satu tahun. PNB dapat dirumuskan sebagai berikut :
PNB  = PDB - PFPN
 


Pendapatan faktor produksi netto (PFPN)  merupakan selisih antara pendapatan atau produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang berada di luar negeri (FPLN) dan pendatan atau produk yang dihasilkan oleh masyarakat asing didalam negeri (FPDN).
3.      Produk Nasional Netto (Net National Product)
PNN = PNB – (penyusutan + barang pengganti modal)
Produk Nasional Netto (PNN)yaitu seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat suatu Negara dalam priode tertentu, biasanya dalam satu tahun, setelah dikurangi penyusutan dan barang pengganti modal. PNN dapat dirumuskan sebagai berikut :

4.      Pendapatan Nasional Netto (Income National Product)
Pendapatan Nasional Netto adalah pendapatan seluruh warga Negara sebagai balas jasa semua factor produksi yang digunakan. Pendapatan nasional netto disebut juga sebagai pendapatan nasional (PN).
PN = PNN – pajak tidak langsung + subsidi
 


5.      Pendapatan personal (personal income)
Pendapatan personal (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak-hak individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa keikutsertaannya dalam proses produksi.
PP = PN – LDT – PAS – PBPK - PNBJ
           

PAS = pembayaran asuransi sosial
PBPK = pendapatan bunga yang diterima oleh pemerintah dan konsumen
PNBJ = pendapatan non balas jasa
PNN = PNB – (penyusutan + barang pengganti modal)

6.      Pendapatan Disposabel
Pendapatan Disposabel adalah pendapatan secara riil berada ditangan konsumen dan siap untuk dibelanjakan atau ditabung. Besarnya pendapatan Pendapatan Disposabel adalah pendapatan personal dikurangi dengan pajak langsung atau pajak penghasilan perorangan.
Di samping itu juga, Pendapatan Nasional juga dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu : pendekatan produksi (output approach), pendekatan pendapatan (income appoarch), pendekatan pengeluaran (expenditure approach).[5]
a)      pendekatan produksi (output approach)
NT = NO - NI
menurut metode ini, pendapatan nasional atau PDB yaitu total output (produksi) yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian suatu negara. Adapun rumus yang digunakan adalah

NT = nilai tambah
NO = nilai output
NI = nilai input antara
b)      pendekatan pendapatan (income appoarch)
PN = r + w + i + p
pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas factor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Adapun rumus yang digunakan adalah

r = pendapatan sewa (rent)
w =upah atau gaji (wage)
i = pendapatan bunga (interest)
p = keuntungan (profit)
c)      pendekatan pengeluaran (expenditure approach)
pendapatan nasional menurut pendekatan pengeluaran merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian, yaitu :[6]
Ø  konsumsi rumah tangga, pengeluaran yang dilakukan oleh sector rumah tangga untuk membeli berbagai macam kebutuhan hidupnya selama periode tertentu.
Ø  pengeluaran investasi, pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh pemerintah adalah pembeliaan barang-barang untuk kepentingan masyarakat.
Ø  pengeluaran pemerintah, pengeluaran untuk membeli barang-barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan jasa di masa yang akan datang.
Ø  ekspor neto (X - M), merupakan selisih antara nilai ekspor (barang dan jasa yang diproduksi Indonesia keluar negeri) dan nilai impor (pembelian indonesia terhadap barang-barang luar negeri).

B.     Pertumbuhan Ekonomi Selama Priode Orde Baru Hingga Reformasi
Melihat kondisi pembangunan ekonomi indonesia periode orde baru atau sebelum krisis ekonomi 1997 proses pembangunan ekonomi dapat dikatakan pada tingkatan makro (agregat) atau mengalami pembangunan ekonomi yang sangat spektakuler. Ini dapat dibuktikan dengan indikator ekonomi makro. Pada tahun 1968, PN perkapita masih rendah, sekitar US$ 60. Tigkat ini jauh lebih rendah dibanding PN  dari LCDs lain pada saat itu. Tetapi sejak pelita I dimulai, PN indonesia per kapita mengalami peningkatan yang relatif tinggi setiap tahun, dengan dibuktikan di akhir tahun 1980-an mencapai US$ 500, hal ini di tunjang dari PDB yang meningkat tiap tahunnya sekitar 7% - 8% selama 1970-an dan peningkatannya turun 3%-4% pertahun selama 1980-an. Selama 70-an dan 80-an perkembangan ekonomi tidak mengalami goncangan yang cukup serius, yang terutama disebabkan oleh faktor eksternal seperti merosotnya harga minyak mentah di pasar inetrnasional menjelang pertengahan 1980-an. Goncangan-goncangan eksternal seperti itu sangat terasa dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti yang diilustrasikan pada bagan ini:
Pengaruh Resesi Dunia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Suatu Ilustrasi Teoretis
Resesi Ekonomi Dunia
Saldo Neraca Pembayaran
Saldo Neraca Perdagangan
Pemintaan Dunia Terhadap Ekspor
Cadangan Devisa
Volume Produksi Dalam Negeri
Kapasitas Produk Dalam Negeri
Volume Impor
Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDB)
Peningkatan Pendapatan Per Kapita
 














                 
           
Resesi ekonomi indonesia disebabkan oleh rendahnya laju pertumbuhan PDB atau PN di negara industri maju yang secara bersamaan mendominasi perdagangan dunia sehingga mengakibatkan lemahnya permintaan dunia terhadap barang-barang indonesia dan ini dapat menyebabkan devisit saldo neraca perdangan. Tanpa ada konpensasi yang cukup dari sumber-sumber lain, seperti I dan pinjaman dari luar negeri, devisit saldo neraca perdagangan membuat indonesia kekurangan cadangan devisa (khusunya dolar AS). Akibat selanjutnya, dana rupiah yang dapat disediakan untuk membiayai proses pembangunan ekonomi dan ketersediaan dolar AS yang diperlukan untuk pembiayaan impor berkurang. Berkurangnya impor, khusunya barang modal, input perantara, bahan baku, dan komponen untuk keperluan kegiatan kegiatan ekonomi khususnya industri, dapat mengurangi kapasitas produksi dalam negeri, yang selanjutnya berdampak negatif terhadap laju pertumbuhan ekonomi dan peningkapan PN perkapita.[7]
Dampak dari resesi ekonomi dunia tahun 1982 terhadap pereknomian indonesia terutama terasa dalam laju pertumbuhan ekonomi yang selama 1982-1988 jauh lebih redah dibandingkan periode sebelumnya. Beberapa negara lain diasia, seperti malaysia, filiphina, taiwan dan tailand juga mengalami hal yang sama. Terkecuali di filiphina, merosotnya pertumbuhan ekonomi di malaysia, thailand, dan taiwan lebih lambat dibandingkan diIndonesia karena memang ketiga negara tersebut basisnya sudah lebih kuat dari pada fundamental ekonomi indonesia. Sejak pertengahan 1970-an sektor industri dan ekspor manufaktur di negara-negara tersebut sudah jauh lebih maju dibandingkan di indonesia. Karena pengalaman menunjukkan bahwa biasanya prosesi ekonomi dunia lebih mengakibatkan permintaan dunia berkurang terhadap bahan-bahan baku (yang sebagian besar diekspor oleh LDCs) dari pada permintaan terhadap barang-barang konsumsi seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan mobil(yang pada umumnya adalah ekspor negara-negara maju)
Di pertengahan pertama 1990-an pertumbuhan pertahun antara 7,3%-8,2% dan membuat indonesia masuk di ASEAN dengan pertumbuhan yang tinggi. Dengan tingkat itu, rata-rata PN di indonesia naik pesat setiap tahun yang pada tahun 1993 dalam dolar AS sudah melewati angka 800. Namun, akibat krisis PN per kapita indonesia menurun drastis ke 640 dolar tahun 1998 dna 580 dolas AS tahun 1999. Perkembangan PN per kapita indonesia dpat digambarkan dalam grafik dibawah ini :
            Pada krisis ekonomi mencapai klimaksnya, yakni pda tahun 1998 laju petumbuhan PDBjatuh drastis hingga 13,1 %. Namun, pada tahun 1999 kembali positif, walaupun sangat kecil, sekitar 0,8 % dan tahun 2000 ekonomi indonesia sempat mengalami laju pertumbuhan yang tinggi, hampir mencapai 5%. Memang pada tahun tersebut, pada pemerintahan Gus Dur, masyarakat, khususnya pelaku-pelaku bisnis (termasuk infestor-infestor asing) smepat optimis mengenai prospek perekonomian indonesia. Akan tetapi tahun 2001 ekonomi indonesia kembali merosot hingga 3,3% akibat gejala politik yang sempat memanas kembali, dan pada tahun 2002 pertumbuhan mengalami sedikit perbaikan menjadi 3,66 %. Seperti tabel dibawah ini :
Publikasi tahunan badan Statistik Indonesia memberikan bukti tentang pertumbuhan dan sejumlah indikator PN dan PN per kapita selama 1998-2001. Pada tahun 1998, semua pendapatan agregat namun pendapatan perorang mengalami pertumbuhan negatif. Setelah 1999 hingga 2001 pertumubuhan kembali positif terkecuali PDB perkapita (1999) dan PN per kapita (2001). Pada tabel berikut akan menejlaskan mengenai itu  :
Variabel
1998
1999
2000
2001
PDB
PDB per Kapita
PNB
PNB per Kapita
PN
PN per Kapita
PDB tanpa migas
Jumlah penduduk**
(13,13)
(14,40)
(16,61)
(17,83)
(11,43)
(12,73)
(14,22)
1,49
0,79
(0,24)
2,53
1,47
1,32
0,28
1,00
1,04
4,90
3,36
4,29
2,27
9,72
8,11
5,29
1,48
3.32
1.80
5,69
4,14
0,01
(1,46)
3,98
1,49
Keterangan : * = dalam kurung berarti negatif, **= pertengahan tahun
Sumber : BPS (2001)
C.    Faktor-Faktor Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Di dalam teori konvensional pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan dan kualitas dari input-input produksi. Adapun input-input produksi tersebut berasal dari faktor internal dan faktor eksternal.[8]
1.      Faktor-faktor internal
Tidak dapat di ingkari bahwa penyebab utama berubahnya krisis rupiah menjadi suatu krisis ekonomi paling besar yang pernah dialami indonesia tahun 1998 adalah karena buruknya fundamental ekonomi nasional. Sedangkan lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional lebih disebabkan oleh kondisi politik, sosial, dan keamanan didalam negeri yang kenyataannya sejak reformasi di cetuskan pada Mei 1998 hingga saat kini belum juga pulih sepenuhnya, bahkan cenderung memburuk menjelang pemilihan presiden 2004.
Selain  itu, faktor-faktor internal ekonomi lainnya yang sangat menentukan prospek perekonomian nasional 2003 antara lain adalah kondisi perbankan, realisasi RAPBN 2003, terutama menyangkut beban pembayaran bunga utang pemerintah dan pengeluaran stimulus pasca tragedi Bali, hasil penemuan CGI yang sempat ditunda akibat tragedi Bali, kebijakan ekonomi pemerintah terutama dalam bidang fiskal dan moneter, serta perkembangan ekspor nasional.
Faktor-faktor internal nonekonomi yang sangat krusial adalah terutama politik dan sosial, keamanan (terutama menyangkut apa myang akan dilakukan pemerintah untuk mencegah tidak terulangnya lagi tragedi Bali), dan hukum (terutama yang berkaitan langsung dengan kegiatan bisnis dan pelaksanaan otonomi daerah). Harus diakui bahwa pemulihan ekonomi indonesia yang berjalan lambat selama ini, sejak krisis, karena proses perbaikan fundamental ekonomi tidak disertai dengan kestabilan politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial termasuk di Aceh, serta kepastian hukum. Faktor-faktor nonekonomi ini merupakan aspek-aspek penting didalam menentukan tingkat resiko dari suatu negara yang menjadi dasar keputusan bagi pelaku-pelaku bisnis, khususnya investor-investor asing untuk melakukan usaha di negara tersebut. Ketidakstabilan politik dan tingkat keamanan yang rendah, serta tidak ada tanda-tanda membaik hingga 2003 ini membuat tingkat Country Risk Indonesia selalu tingga hingga krisis sekarang.   
2.      Faktor-faktor eksternal
Sedangkan faktor ekternal yang sangat berpengaruh terhadap prospek perekonomian indonesia adalah prospek perekonomian dan perdagangan dunia 2003. IMF dalam laporannya bulan September 2002 memprediksi  bahwa pertumbuhan ekonomi dan peningkatan volume perdagangan dunia 2003 akan mencapai masing-masing sekitar 3,7% dan 6,1%. Prospek perekonomian dan perdagangan dunia sangat dipengaruhi oleh prospek perekonomian dari AS, jepang, dan masyarakat Eropa (EU). Menurut prediksi IMF (WEO), sebelum interfensi AS ke Irak, PDB riil AS 2003 akan tumbuh 2,6%, sedikit diatas perkiraan 2002, yakni 2,2% (ini jauh lebih baik dibandingkan realisasi pertumbuhan 2001 yang hanya 0,3% akibat tragedi WTC). Sedangkan ekonomi Jepang dan ME akan tumbuh masing-masing hanya 1,1% (angka ini jauh lebih baik dari pada perkiraan pertumbuhan ekonomi Jepang 2002 – 0,5% dan realisasi 2001 – 0,3%) dan 2,3% tahun 2003 (sedikit meningkat dibandingkan perkiraan 2002 1,1%). Sementara, BPS memprediksi perekonomian AS dan Jepang 2003 bisa itumbuh antara 1% hingga 3%.
Faktor eksternal lainnya yang juga harus diperhitungkan dalam memprediksi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia 2003 adalah kondisi politik global, terugtama efek-efek dari perang AS – Irak dan krisis senjata nuklir Korea Utara. Jika pembentukan pemerintahan baru di Irak berjalan mulus dan Irak bisa kembali berfungsi secara normal (termasuk bisa kembali melakukan ekspor minyaknya), maka perkiraan sebelumnya bahwa perang AS – Irak tersebut akan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, terutama lewat efek harga minyak dan penurunan ekspor serta penundaan pengiriman tenaga kerja Indonesia (TKI) ke wilayah Timur Tengah tidak akan terjadi. Sedangkan, efek dari krisis Korea Utara jika berubah menjadi perang besar jelas akan mengganggu arus perdagangan dan infestasi di Asia Tenggara dan Timur khususnya dan dunia pada umumnya.
D.    Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB / PN akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional, dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor nonprimer khususnya industri manufaktur dengan increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988)[9].
1.      Teori Dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami LDCs, yang semula lebih bersifat substance yang menitik bertakan pada sektor pertaian menuju ke sektor perekonomian yang lebih modern, yang di dominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada dua teori yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi yakni dari :
-          Arthur lewiss (teori migrasi)
                  Membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi dipedesaan dan perkotaan. Dan mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya menjadi 2 yaitu: perekonomian tradisonal di perdesaan yang didominasi pada sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utamadapat dilihat dalam rumus di persamaan (2.25) adalah permintaan L(LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (Wp) (Fd’wp>0), dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Dan pada persamaan (2.26) adalah penawaran L(LpS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tingkat upah (Fw’wp). Sedangkan, pada persamaan (2.27) mencerminkan keseimbangan di pasar L, yang menghasilkan tingkat w (W setelah di koreksi dengan inflasi) dan jumlah L tertentu. Model ini juga bisa diterapkan untuk sektor industri di perkotaan.
                              LpD = Fd (wp’Yp)                                              (2.25)
                              LpS = Fs (wp)                                                    (2.26)
                  LPD = Lps = Lp                                                      (2.27)
-          Cholis chenery (teori transformasi struktural)
      Dikenal dengan teori Pattern of development, mengfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistance) ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan dari banyaknya perpindahan atau migrasi dari pedesaan ke perkotaan yang mengakibatkan perubahan pola permintaan konsumen dari macam-macam barang manufaktur dan jasa. Berkembangnya perkembangan kota-kota dan industri-industri menjadikan perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula didominasi oleh sektor pertaian dan sektor pertambangan menuju ke sektor-sektor nonprimer khususnya industri.
PDB = NTBi + NTBp                                          (2.7)
atau
1 = [a(t)i  + a(t)p] PDB                                     (2.29)
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB merupakan total pertumbuhan NT. Dengan memakai persamaan 2.7, dimisalkan dalam suatu ekonomi hanya ada 2 sektor yakni industri dan pertanian dengan NTB masing-masing yakni NTBi dan NTBp yang membahas bentuk PDB.pada persamaan (2.29) dimana a(t)i dan a(t)p merupakan pangsa PDB masing masing industri dan pertanian, t menunjukkan periode. Pada tahap ‘awal’ pembangunan “t=0”, sebelum industrial dimulai atau sektor industri belum berkembang : a(0)i< a(0)p.dalam proses pembangunan terjadi transformasi ekonomi, dimana pangsa PDB dari sektor industri meningkat dan dari sektor pertanian menurun. Pada tahap ‘akhir’ pembangunan ekonomi (t=1):a(1) i > a(1) p, dimana a(1) i > a(0) dan a(1) < a(0) p. Pada dasarnay menurut chenery (1992), proses trasformassi struktural akan mencapai taraf yang paling cepat bila pergeseran pola permintaan domestik ke arah output industri manufaktur diperkuat oleh perkuat oleh perubahan yanag serupa dalam komposisi perdagangan luar negri
Kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan  sama besar dengan empat faktor dibawah ini:
1.      Kenaikan permintaan domestik
2.      Perluasan ekspor
3.      Substitusi impor
4.      Perubahan teknologi
Didalam kelompok LDCs, banyak negara iniyang mengalami transisi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini, walau pola dan peosesnya berbeda setiap negara yang disebabkan dalam sejulah faktor :
1.      Kondisi dan struktur awal ekonomidalam negeri (basis ekonomi)
2.      Besar pasar dalam negeri
3.      Pola distribusi pendapat
4.      Karakteristik dari industrial
5.      Keberadaan SDA
6.      Kebijakan perdaganagn luar negeri
2.      Dalam Kasus Di Indonesia
Mulai pemerintahan orde baru hingga sekarang bisa dikatakan proses perubahan struktur ini yang lebih pesat. Data BPS menunjukkan pada tahun 1970, NTB dari sektor pertanian menyumbang sekitar 45% untuk pembentukan PDB, dan pada dekade 1990-an tinggal 16%-20% ini dikarenakan rendahnya laju pertumbuhan output pada sektor pertanian dibandingkan pada sektor lain.
            Perubahan struktur ekonomi dapat juga dianalisis melalui pendekatan lintas negara selain dengan pendekatan deret waktu. Sebagai ilustrasi empiris 2 tabel ini menunjukan negara-negara dengan pendapatan rendah memiliki pangsa NTB dari sektor pertanian dalam pembentukan PDB jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara yang pendapatan tinggi.
Kontribusi NTB dari sektor pertanian terhadap pembentukan PDB di Indonesia dan sejumlah negara lainnya di Asia (%) : 1997-2001
Negara
1997
1998
1999
2000
2001
Bangaldesh
Cina
India
Indonesia
Jepang
Korea Selatan
Malaysia
Nepal
Pakistan
Papua Nugini
Filiphina
Sri lanka
Thailand
Vietnam
25
19
28
16
2
5
11
41
27
30
19
22
11
26
24
19
28
18
2
5
13
40
27
30
17
21
13
26
25
18
26
20
1
5
11
41
27
29
17
21
11
25
25
16
25
17
Td
5
9
40
26
27
16
20
10
24
23
15
24
16
Td
4
8
38
25
26
15
19
10
-





Kontribusi NTB dari sektor industri terhadap pembentukan PDB di Indonesia dan sejumlah negara lainnya di Asia (%) : 1997-2001
Negara
1997
1998
1999
2000
2001
Bangaldesh
Cina
India
Indonesia
Jepang
Korea Selatan
Malaysia
Nepal
Pakistan
Papua Nugini
Filiphina
Sri lanka
Thailand
Vietnam
24
50
27
44
34
43
45
23
24
35
32
27
39
32
25
49
27
45
33
44
44
22
24
36
31
28
38
33
24
49
27
43
32
43
46
22
24
38
31
27
39
34
24
51
27
47
Td
42
52
22
23
41
31
27
40
37
25
52
27
47
Td
41
50
23
23
42
31
26
40
Td








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan PDB suatu negara tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan pendududuk.
Berdasarkan jumlah barang atau jasa yanga dihasilkan PN dapat dikelompokkan menjadi 6 : Produk Domestic Bruto, Produk Nasional Bruto, Produk Nasional Netto, Pendapatan Nasional Netto, Pendapatan Personal, Pendapatan Disposabel.
Dalam perekonomian ada 2 faktor yang menentukan pertumbuhannya yaitu : faktor eksternal dan faktor internal.

B.     Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan tidak dapat dipungkiri bahwasanya makalah kami terdapat banyak sekali kekurangan. Kami sebagai penulis makalah sedikit memberi masukan atau saran untuk perekonomian dalam indonesia.
Dapat kita ketahui banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian indonesia dari periode orde baru hingga reformasi. Untuk memperbaiki perekonomian indonesia dapat kita ambil contoh perekonomian pada masa ’70-‘80an yang mengalami peningkatan. Indonesia haruslah lebih lebih kritis dalam memanage perekonomian Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA

S, Drs. Alam MM (2007). Ekonomi jilid II. Jakarta : Penerbit Esis.
Kunawangsih, Tri dan Pracoyo, Anto (2004). Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia. Jakarta : Grasindo.
Ahman, Eeng & Indriani, Epi (2007). Ekonomi dan Akuntansi : Membina Kompetensi Ekonomi. Jakarta : PT Grafindo Media Pratama.
Tambunan, Dr. Tulus T.H. (2007). Perekonomian Indonesia. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
Widjajanta, Bambang dan Widyaningsih, Aristanti (2007). Ekonomi dan Akuntansi : Membina Kompetensi Ekonomi. Bandung : Citra Praya.



[1] Drs. Alam S., MM, Ekonomi jilid II, (Jakarta : Esis), hal : 25
[2] Dr. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia), hal : 40-41
[3] Eeng Ahman dan Epi Indriani, Ekonomi dan Akuntansi : Membina Kompetensi Ekonomi, (Jakarta : PT Grafindo Media Pratama), hal 135
[4] Bambang Widjajanta dan Aristanti Widyaningsih, Ekonomi dan Akuntansi : Membina Kompetensi Ekonomi, (Bandung : Citra Praya), hal : 100
[5] Bambang Widjajanta dan Aristanti Widyaningsih, Ekonomi dan Akuntansi : Membina Kompetensi Ekonomi, (Bandung : Citra Praya), hal : 103
[6] Tri Kunawangsih&Anto Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia, (Jakarta : Grasindo), hal 39-42
[7] Dr. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia), hal : 55
[8] Dr. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia), hal : 65-67
[9] Dr. Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia), hal : 68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar