Rabu, 14 Desember 2011

filsafat

Nama: Urfawati

NIM : C94211194

Writing text:

Kelas : ES ( F )

PENDAHULUAN

Sejak manusia berupaya menentukan hubungan dan keterikatannya dengan dunia objektif, permasalahan pembuatan konsep filosofis umum tentang dunia telah menduduki posisi sentral dalam benak manusia. Dalam study ini kami tidak hendak mencatat sejarah perjalanan filosofis, keagamaan, dan ilmiahnya. Juga tidak ingin mencatat perkembangan sejarahnya yang panjang. Tujuan kami adalah memaparkan konsep-konsep pokok dalam lapangan filsafat modern, untuk membatasi diri pada posisi kita bekenaan dengan konsep-konsep seperti itu, dan menentukan konsep yang berdasarkan konsep tersebut pandangan umum kita harus dibentuk serta menjadi dasar prinsip hidup kita. Konsep ini dapat dinisbahkan kepada dua permasalahan: masalah idealisme dan realisme, dan masalah matealisme dan teologi. Pada masalah pertama diajukan pertayaan berikut: apakah segala darinya alam tebentuk adalah realitas-realitas yang maujud berdiri sendiri yang terlepas dari kesadaran dan pengetahuan; atau itu hanya bentuk-bentuk pemikiran dan konsepsi kita – dalam arti bahwa pikiran atau pengetahuan yang merupakan relitas – yang pada analisis akhirnya segala sesuatu dinisbahkan kepada konsepsi-konsepsi mental?” kalau kita menghapus kesadaran atau ke “aku” an, maka semua realitas akan hilang. Inilah dua estimasi persoalan tersebut. Jawabannya, menurut estimasi pertama mengikhtisarkan filsafat realisme tentang alam sementara jawaban, menurut estimasi kedua, adalah memberikan konsep idealis tentang alam. Dalam persoalan kedua (materialisme dan teologi), diajukan pertayaan berdasar fisafat realisme: “kalau kita mempercayai realitas objektif alam, apakah kita berhenti dengan objetifitas pada batas-batas materi terinderai, yang dengan demikian merupakan sebab umum bagi semua fenomena kesadaran dan pengetahuan: atau kita melangkah melampauinya menuju sebab lebih lanjut, yaitu sebab abadi dan tak terhingga, sebagai sebab primer bagi apa yang kita ketahui tentang alam, termasuk alam spiritual dan materialnya sekaligus?”

Dengan begitu, dalam lapangan filsafat, ada dua konsep tentang realisme. Yang pertama menganggap bahwa materi adalah pondasi primer eksistensi, ini adalah konsep realistis – matrealistis. Yang melampaui materi menuju sebab yang berada diatas spirit dan alam sekaligus; ini adalah konsep realistis – teologis. Jadi, ada 3 konsep tentang alam: konsep idealisme, konsep realisme – matrealisme dan konsep realistis – teologis.

Pemicingan mata yang disebabkan oleh cahaya yang menyilaukan. Padahal beberapa perbuatan instinktif tidak memiliki sebab eksternal. Lantas apa yang membuat hewan mencari makanan sejak lahir, dan berusaha keras mendapatkannya? Lagi pula, perbuatan-perbuatan yang refleksif secara mekanik tidak akan melibatkan penyerapan dan kesadaran. Padahal, observasi tehadap perbuatan-perbuatan instinktif membekali kita dengan bukti-bukti tentang pencerapan dan kesadaran yang telibat di perbuatan itu. Salah satu bukti itu adalah eksperimen yang dilakukan terhadap tingkah laku lalat kuda (hornet) yang membangun sarangnya dari sejumlah tertentu sel sarang lebah. Orang yang melakukan eksperimen itu berharap bahwa lalat itu mnyempurnakan pekerjaannya di dalam sel sarang lebah tertentu, kemudian orang yang bereksperimen itu merobeknya dengan jarum. Nah, ketika lalat itu mendapatkan bahwa seorang manusia merusak karyannya, ia membangun kembali srang berikutnnya. Sang peneliti mengulang-ngulang eksperimennya berkali-kali. Setelah itu, ia yakin bahwa suksesi tingkah laku instinktif bukanlah bersifat mekanik. Dan sang peneliti memperhatikan bhwa lalat itu kembali dan melihat bahwa sarang yang sudah selasai itu telah rusak, ia membuat gerekan tertentu dan mengeluarkan suara-suara tertentu yang menunjukkan perasaan marah dan kesalnya.

Sesudah teori materialisme ini tumbang, tinggallah 2 penafsiran tentang instink, pertama, bahwa perbuatan instiktif itu adalah produk kesengajaan dan kesadaran. Hanya saja tujuan hewan bukanlah kegunaan-kegunaan yang akurat yang dihasilkan dari perbuatan-perbuatan itu, tetapi kenikmatan langsung dalam perbuatan instinktif itu sendiri. Artinya, hewan itu terkomposisi sedemikian sehingga ia merasa nikmat dengan melakukan perbuatan-perbuatan instink tersebut, yang sekaligus memberinya manfaat sebesar-besarnya. Kedua, bahwa instink adalah ilham supernatural, bersifat ilhiyyah, dan lagi, penuh misteri. Hewan dibekah dengan ilham tersebut sebagai pengganti dengan ilham tersebut sebagai ganti kecerdasan dan akal yang tidak dimilikinya. Entah penafsiran pertama atau penafsiran kedua yang benar, bukti-bukti kesengajaan dan pengaturan adalah jelas bagi hati manusia. Kalau tidak, bagaimana dapat terjadi kesesuaian yang sempurna antara perbuatan-perbuatan instinktif dan kemaslahatan-kemaslahatan yang sangat akurat yang tersembunyi dari hewan tersebut?

Sampai disini kita berhenti. Bukan lantaran bukti-bukti ilmu pengetahuan atas posisi teologis telah habis. Bahkan bukti-bukti itu takkan habis walaupun disusun berjilid-jilid besar buku. Tetapi lantaran prosedur buku ini menghendaki demikian.

Setelah kami mengemukakan bukti-bukti tentang keberadaan kekuatan pencipta lagi bijak, mari kita menoleh kepada hipotesis materialisme, agar kita mengetahui, berdasarkan bukti itu, sejauh mana kenaifan dan kehancurannya. Ketika hipotesis ini menyatakan bahwa alam semesta, termasuk khazanah tatanan dan keindahan kreasi dan formasinya yang misterius, diwujudkan oleh sebab yang tak memiliki kebijakansanaan dan kesengajaan, kenaifan dan keanehannya melebihi beribu-ribu kali kenaifan seseorang yang menemukan diwan tebal dari puisi pilihan dan terbaik, atau menemukan buku ilmiah yang penuh dengan misteri-misteri dan penemuan-penemuan, lantas mengklaim bahwa seorang bayi telah memainkan pena diatas kertas, maka tersusunlah huruf-huruf secara kebetulan, dan jadilah dari susunan huruf-huruf itu sejumlah puisi atau sebuah buku ilmiah.

Akankah kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di ufuk-ufuk dan didalam diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran. Apakah tidak cukup bahwa tuhanmu saksi bagi segala sesuatu.(QS 41:53).

Komentar:

1. Terciptanya alam terlepas dari kesadaran dan pengetahuan, bila kita berfikir seperti itu maka semua yang ada di dunia ini juga terlepas dari pengetahuan dan kesadaran, maka tidak ada ilmu yang akan membawa kita kekemajuan sdm manusia, dan tidak akan tercipta kesosialan manusia seperti saat ini.

2. Perbuatan – perbuatan yang refleksif mekanik jelas akan melibatkan pencerapan dan kesadaran, karna otak akan menyerap apa yang telah kita lakukan dari perbuatan refleksif itu, dan itu sudah benar terbukti.

3. Perbuatan instinktif itu kesengajaan dan kesadaran dan juga supernatural dan bersifat ilahiyah dan penuh misteri karena bagaimana kita akan berfikir bila tidak ada suatu kesadaran dalam diri kita, dan suatu instink tidak akan tercipta bila Allah tidak menciptakannya tapi kadang kita tidak tahu apa yang diingkan dari instink kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar