Rabu, 14 Desember 2011

filsafat

Nama: Urfawati

NIM : C94211194

Writing text:

Kelas : ES ( F )

PENDAHULUAN

Sejak manusia berupaya menentukan hubungan dan keterikatannya dengan dunia objektif, permasalahan pembuatan konsep filosofis umum tentang dunia telah menduduki posisi sentral dalam benak manusia. Dalam study ini kami tidak hendak mencatat sejarah perjalanan filosofis, keagamaan, dan ilmiahnya. Juga tidak ingin mencatat perkembangan sejarahnya yang panjang. Tujuan kami adalah memaparkan konsep-konsep pokok dalam lapangan filsafat modern, untuk membatasi diri pada posisi kita bekenaan dengan konsep-konsep seperti itu, dan menentukan konsep yang berdasarkan konsep tersebut pandangan umum kita harus dibentuk serta menjadi dasar prinsip hidup kita. Konsep ini dapat dinisbahkan kepada dua permasalahan: masalah idealisme dan realisme, dan masalah matealisme dan teologi. Pada masalah pertama diajukan pertayaan berikut: apakah segala darinya alam tebentuk adalah realitas-realitas yang maujud berdiri sendiri yang terlepas dari kesadaran dan pengetahuan; atau itu hanya bentuk-bentuk pemikiran dan konsepsi kita – dalam arti bahwa pikiran atau pengetahuan yang merupakan relitas – yang pada analisis akhirnya segala sesuatu dinisbahkan kepada konsepsi-konsepsi mental?” kalau kita menghapus kesadaran atau ke “aku” an, maka semua realitas akan hilang. Inilah dua estimasi persoalan tersebut. Jawabannya, menurut estimasi pertama mengikhtisarkan filsafat realisme tentang alam sementara jawaban, menurut estimasi kedua, adalah memberikan konsep idealis tentang alam. Dalam persoalan kedua (materialisme dan teologi), diajukan pertayaan berdasar fisafat realisme: “kalau kita mempercayai realitas objektif alam, apakah kita berhenti dengan objetifitas pada batas-batas materi terinderai, yang dengan demikian merupakan sebab umum bagi semua fenomena kesadaran dan pengetahuan: atau kita melangkah melampauinya menuju sebab lebih lanjut, yaitu sebab abadi dan tak terhingga, sebagai sebab primer bagi apa yang kita ketahui tentang alam, termasuk alam spiritual dan materialnya sekaligus?”

Dengan begitu, dalam lapangan filsafat, ada dua konsep tentang realisme. Yang pertama menganggap bahwa materi adalah pondasi primer eksistensi, ini adalah konsep realistis – matrealistis. Yang melampaui materi menuju sebab yang berada diatas spirit dan alam sekaligus; ini adalah konsep realistis – teologis. Jadi, ada 3 konsep tentang alam: konsep idealisme, konsep realisme – matrealisme dan konsep realistis – teologis.

Pemicingan mata yang disebabkan oleh cahaya yang menyilaukan. Padahal beberapa perbuatan instinktif tidak memiliki sebab eksternal. Lantas apa yang membuat hewan mencari makanan sejak lahir, dan berusaha keras mendapatkannya? Lagi pula, perbuatan-perbuatan yang refleksif secara mekanik tidak akan melibatkan penyerapan dan kesadaran. Padahal, observasi tehadap perbuatan-perbuatan instinktif membekali kita dengan bukti-bukti tentang pencerapan dan kesadaran yang telibat di perbuatan itu. Salah satu bukti itu adalah eksperimen yang dilakukan terhadap tingkah laku lalat kuda (hornet) yang membangun sarangnya dari sejumlah tertentu sel sarang lebah. Orang yang melakukan eksperimen itu berharap bahwa lalat itu mnyempurnakan pekerjaannya di dalam sel sarang lebah tertentu, kemudian orang yang bereksperimen itu merobeknya dengan jarum. Nah, ketika lalat itu mendapatkan bahwa seorang manusia merusak karyannya, ia membangun kembali srang berikutnnya. Sang peneliti mengulang-ngulang eksperimennya berkali-kali. Setelah itu, ia yakin bahwa suksesi tingkah laku instinktif bukanlah bersifat mekanik. Dan sang peneliti memperhatikan bhwa lalat itu kembali dan melihat bahwa sarang yang sudah selasai itu telah rusak, ia membuat gerekan tertentu dan mengeluarkan suara-suara tertentu yang menunjukkan perasaan marah dan kesalnya.

Sesudah teori materialisme ini tumbang, tinggallah 2 penafsiran tentang instink, pertama, bahwa perbuatan instiktif itu adalah produk kesengajaan dan kesadaran. Hanya saja tujuan hewan bukanlah kegunaan-kegunaan yang akurat yang dihasilkan dari perbuatan-perbuatan itu, tetapi kenikmatan langsung dalam perbuatan instinktif itu sendiri. Artinya, hewan itu terkomposisi sedemikian sehingga ia merasa nikmat dengan melakukan perbuatan-perbuatan instink tersebut, yang sekaligus memberinya manfaat sebesar-besarnya. Kedua, bahwa instink adalah ilham supernatural, bersifat ilhiyyah, dan lagi, penuh misteri. Hewan dibekah dengan ilham tersebut sebagai pengganti dengan ilham tersebut sebagai ganti kecerdasan dan akal yang tidak dimilikinya. Entah penafsiran pertama atau penafsiran kedua yang benar, bukti-bukti kesengajaan dan pengaturan adalah jelas bagi hati manusia. Kalau tidak, bagaimana dapat terjadi kesesuaian yang sempurna antara perbuatan-perbuatan instinktif dan kemaslahatan-kemaslahatan yang sangat akurat yang tersembunyi dari hewan tersebut?

Sampai disini kita berhenti. Bukan lantaran bukti-bukti ilmu pengetahuan atas posisi teologis telah habis. Bahkan bukti-bukti itu takkan habis walaupun disusun berjilid-jilid besar buku. Tetapi lantaran prosedur buku ini menghendaki demikian.

Setelah kami mengemukakan bukti-bukti tentang keberadaan kekuatan pencipta lagi bijak, mari kita menoleh kepada hipotesis materialisme, agar kita mengetahui, berdasarkan bukti itu, sejauh mana kenaifan dan kehancurannya. Ketika hipotesis ini menyatakan bahwa alam semesta, termasuk khazanah tatanan dan keindahan kreasi dan formasinya yang misterius, diwujudkan oleh sebab yang tak memiliki kebijakansanaan dan kesengajaan, kenaifan dan keanehannya melebihi beribu-ribu kali kenaifan seseorang yang menemukan diwan tebal dari puisi pilihan dan terbaik, atau menemukan buku ilmiah yang penuh dengan misteri-misteri dan penemuan-penemuan, lantas mengklaim bahwa seorang bayi telah memainkan pena diatas kertas, maka tersusunlah huruf-huruf secara kebetulan, dan jadilah dari susunan huruf-huruf itu sejumlah puisi atau sebuah buku ilmiah.

Akankah kami perlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di ufuk-ufuk dan didalam diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran. Apakah tidak cukup bahwa tuhanmu saksi bagi segala sesuatu.(QS 41:53).

Komentar:

1. Terciptanya alam terlepas dari kesadaran dan pengetahuan, bila kita berfikir seperti itu maka semua yang ada di dunia ini juga terlepas dari pengetahuan dan kesadaran, maka tidak ada ilmu yang akan membawa kita kekemajuan sdm manusia, dan tidak akan tercipta kesosialan manusia seperti saat ini.

2. Perbuatan – perbuatan yang refleksif mekanik jelas akan melibatkan pencerapan dan kesadaran, karna otak akan menyerap apa yang telah kita lakukan dari perbuatan refleksif itu, dan itu sudah benar terbukti.

3. Perbuatan instinktif itu kesengajaan dan kesadaran dan juga supernatural dan bersifat ilahiyah dan penuh misteri karena bagaimana kita akan berfikir bila tidak ada suatu kesadaran dalam diri kita, dan suatu instink tidak akan tercipta bila Allah tidak menciptakannya tapi kadang kita tidak tahu apa yang diingkan dari instink kita.

Senin, 12 Desember 2011

tokoh ekonomi islam

NAMA                        : Syaiful Anwar
NIM                : C94211195
KELAS           : ES-F

Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P.

A.    Biografi
Nama lengkap dan gelarnya adalah Ir.H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., lahir di Jakarta pada 29 Juni 1963. Adiwarman atau Adi (nama panggilan) merupakan cerminan sosok pemuda yang mempunyai "hobi" belajar. Dan dikaruniai tiga orang anak yang diberi nama Abdul Barri Karim (12 tahun), Azizah Mutia Karim (11 tahun), dan Abdul Hafidz Karim (6 tahun) dari pernikahannya dengan Rustika Thamrin (35 tahun), seorang Sarjana Psikologi UI.
Beliau menempuh pendidikan tingkat S1 di dua perguruan tinggi yang berbeda, IPB dan UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun tahun 1988 beliau berhasil menyelesaikan studinya di European University, Belgia dan memperoleh gelar M.B.A. setelah itu beliau menyelesaikan studinya di UI yang sempat terbengkalai dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1989. Tiga tahun berikutnya, 1992, beliau juga meraih gelar S2-nya yang kedua diBoston University, Amerika Serikat dengan gelar M.A.E.P. Selain itu beliau juga pernah terlibat sebagai Visiting Research Associate pada Oxford Centre for Islamic Studies.
Pada tahun 1992 beliau masuk menjadi salah satu pegawai di Bank Mu’amalat Indonesia, setelah sebelumnya sempat bekerja di Bappenas. Karir beliau di BMI terbilang cemerlang, karir awalnya sebagai staf Litbang. Enam tahun kemudian beliau dipercaya untuk memimpin BMI cabang Jawa Barat. Jabatan terakhirnya di pionir bank syariah tersebut adalah Wakil Presiden Direktur. Jabatan tersebut dipegang sampai dengan tahun 2000, ketika beliau memutuskan untuk keluar dari BMI. Setelah melepas jabatannya di BMI, pada tahun 2001 dengan modal Rp. 40 juta beliau kemudian mendirikan perusahaan konsultan yang diberi nama Karim Business Consulting.
Pada 1999, beliau bersama kurang lebih empatpuluh lima tokoh dan cendikiawan Muslim Indonesia bersepakat mendirikan lembaga IIIT-I (The International Institute of Islamic Thought-Indonesia). IIIT, sebagai induk organisasinya yang berkedudukan di Amerika Serikat adalah lembaga kajian pemikiran Islam yang berupaya mengeksplorasi Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai respon Islam atas perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan.

B.     Pemikirannya Tentang Ekonomi Islam
Beliau termasuk dalam salah satu cendrkiawan muslim yang ahli dalam bidang ekonomi syariah sehingga beliau pun di masukkan dalam kategori pemikir muslim yang fundamentalis. Namun dalam kata fundamentalis ini didefinisikan dalam konteks pola-pola pemikiran, ide dan gagasan dalam memperjuangkan syari’at Islam dalam praktek keekonomian.
Beliau memadukan pemikiran antara pendekatan sejarah, pendekatan fiqh dan ekonomi. Dalam pendekatan sejarah, beliau selalu merujuk kepada peristiwa-peristiwa sejarah Islam klasik terutama pada zaman Rasulullah apabila menemukan fenomena-fenomena ekonomi yang ada. Serta memadukan pemikiran-pemikiran cendekiawan besar muslim klasik dan mengaplikasikannya dalam konteks kekinian.
Dalam pandangan fiqh, beliau tidak hanya berbicara pada aspek ‘ubudiyah semata yang mana fiqh berbicara aspek sosial masyarakat yang lebih luas, terutama ketika dibingkai dalam wadah fiqhul waqi'iy (fiqh realitas). Dalam format yang demikian, fiqh lebih merupakan suatu respon atas problematika kontemporer sebagai suatu upaya menemukan jawaban dan solusi yang tepat bagi suatu masyarakat tertentu dalam konteks tertentu pula. Karena itu Adiwarman selalu berpegang pada adagium "li kulli maqam, maqal. Wa likulli maqal, maqam". (Setiap kondisi butuh ungkapan yang tepat. Dan setiap ungkapan, butuh waktu yang tepat pula). Untuk dapat merespon fenomena ekonomik, prinsip-prinsip fiqh yang diformulasikan ulama masa lalu ditarik pada perspektif ekonomi. Sederhananya beliau menggunakan istilah-istilah dan prinsip-prinsip fiqh dalam membahas masalah-masalah ekonomi. Sebagai contoh beliau menjelaskan fenomena distorsi (tindakan perekonomian yang dilarang dalam Islam) permintaan dan penawaran (false demand dan false supply).
            Menurut pandangan umum, ekonomi Islam selalu didefinisikan sebagai suatu perekonomian yang berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah. Dan sering kali definisi tersebut belum tuntas penjelasannya, sehingga terkesan bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi apa saja yang dibungkus dengan argument-argumen dari ayat-ayat atau hadits-hadits tertentu. Dan berlandaskan dari masalah itu, beliau memberikan penjelasan sedikit tentang ekonomi Islam, yaitu ekonomi yang di bangun di atas nilai-nilai universal Islam. Nilai-nilai tersebut adalah tauhid (keesaan), ‘adl (keadilan), khilafah (pemerintahan), nubuwah (kenabian), dan ma’ad (return).
            Prinsip-prinsip di atas, ketika ditarik dalam konteks ekonomi menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori dan proposisi ekonomi Islam. Serta terciptanya sistem ekonomi Islam yang menjadi payung dan jaminan bagi keberlangsungan hidup masyarakat.

sejarah pemikiran islam

Nama  ; Urfawati
Kelas   : ES “F”
Nim     : C94211194

1.
Pemikiran ekonomi islam itu;
            Ekonomi yang berdasarkan qur’an dan hadist karena pada fase pertama, kedua hingga kontemporer tidak jauh mencontoh pada pemikiran pada masa rosulullah SAW. Al-kharaj, jizyah, shodaqoh, usr dan lain sebagainya itu selalu ada pada masa-masa itu sebagai pendapatan negara, kecuali pada masa Al-ghozali jizyah dikeluarkan apabila penbendaharaan negara butuh.
Dan pada Indonesia sendiripun entah itu dari K.H Agus Salim, Moch.Hatta, dan lain-lain, berfikir bahwa ekonomi islam itu ekonomi yang tidak merugikan masyarakatnya, tidak mementingkan keuntungan yang besar dan saling membantu sesama,dan menciptakan masyarakat yang sejahtera serta bersifat aktif. Itu pertanda bahwa Indonesiapun berpihak pada ekonomi yang berbasis islam.
Dan itu semua tidak akan tercipta dan tidak akan ada apabila dari masyarakat sendiri tidak adanya kesadaran pada syariah, akhlak, tauhid, apalagi mayoritas penduduk indonesia dari agama islam.


2.
            Pak rofiq; seorang penjual barang-barang pipa
Konvesional mengutamakan bunga, syariah keuntungannya bagi kreditor jadi tidak membebani bunganya,
Konvesional dan syariah sama aja tergantung para kreditor intinya sama Cuma beda nama kalau di kovesional dikenal dengan bunga tapi kalau syariah dikenal dengan hadiah.
Kebanyakan warga indonesia adalah muslim maka syariah harus dikembangkan, untuk mengedepankan syariah  indonesia harus lebih mempromosikan lagi.

Pak yoga; seorang pedangan biasa dan bapak rumah tangga
Ekonomi syariah itu apa; ekonomi yang sesuai dengan ajaran agama, berdasarkan atas ajaran agama
Tidak hanya menguntungkan perut, karena kalau tidak pake syariah lebih banyak mudaratnya
Ekonomi dalam perdangan mikro; berhubungan dengan UKM, UMKM itu biasanya yang melakukan rakyat kecil maka kebanyakan mengunakan konvesional karna lebih mengutamakan perut untuk membiayai keluarganya, kalau sudah mapan dan masuk dalam ekonomi makro, maka pemikirannya bisa kesyariah, orang mencari keuntungan syariah kalau dia bisa merasa lebih, dan untuk keluarganya sudah cukup.
Di indonesia  ada yang memang berbasis syariah dan ada yang enggak, kalau bisa 100% syariah tapi itu bisa puluhan tahun, untuk sekarang dijalani apa yang ada dahulu, mungkin untuk sementara bisa digabungkan tapi dimulai dari pemimpinnya, yang harus bersih dan tegas karna kalau tidak begitu tidak bisa jalan.




Pak Abdullah; seorang petani dan bapak rumah tangga
Ekonomi secara menurut umum kesejahteraan, dalam segi ekonomi tidak memilih, yang penting masih dalam syariat agama dan tidak merugikan orang lain.
Kalau di indonesia ini masih banyak dalam konvesional. Ekonomi indonesia supaya maju dari atasannya dulu bisa lebih mengatur, Dalam jual beli tidak memberatkan masyarakat, contoh dalam bidang pertanian; masyarakat tani sudah merugi.
 Kalau ingin Indonesia maju dalam bidang perekonomian mungkin harus mengaca pada pemerintahan yang dulu yaitu suharto (orde baru) dan itu paling maju, dan di sekarang ini kalau mengingikan ekonomi maju maka harus berubah dari pemerintah terlebih dahulu, karna rakyat kecil hanya mencontoh yang atasan.

3.
Dari hasil analisa saya, saya menangkap bahwa mayoritas rakyat Indonesia menginginkan ekonomi yang secara islam karena mayoritas rakyat Indonesia beragama islam, dan banyak manfaatnya bagi kita, Cuma tergantung pada individual apakah bisa menjalankan perekonimian tersebut memang secara islami?. Dan yang paling penting bagaimana seorang pemimpin menjalankan suatu perekonomian di negara tersebut.


Cerita katak
            Biarlah orang mengatakan apa, selama kita benar, kita harus meneruskan apa yang menjadi cita-cita kita, kalau ada orang yang mengedownkan kita, jngan mendengarkan mereka, kita harus yakin terhadap apa yang kita lakukan.

pemikran filsafat sebelum sokrates

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Orang-orang Yunani sebelum abad ke 6 SM  masih mempercayai dongeng-dongeng atau mitos. Segala sesuatu harus diterima sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu logos (akal) tidak berbicara. Segala sesuatu harus dinyakini dengan iman.
Tapi  pada abad ke 6 SM mereka mulai meragukan mitos, dikarenakan ketidakpuasan mereka terhadap mitos tersebut. Sudah sebagai nilai wajar, bahwa manusia akan mencari sesuatu yang lebih menarik (yang memberikan kepuasan lebih) seperti halnya pencarian dalam pemikiran hal-hal mistis yang menurut mereka lebih dekat dengan kata kekal. Dengan pemikiran-pemikiran yang mendalam mereka dapat menemukan jawabannya, yang biasanya proses pemikiran tersebut dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan.
Oleh karena itu mulai timbul para filosofi-filosofi yunani yang mengemukakan teori mereka. Yang pada dasarnya, filsafat itu sendiri adalah cinta kebenaran. Hal itu diambil dari ‘filo’ (cinta) dan ‘sofi’ (kebenaran)
           
A.    Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas, muncul berbagai rumusan masalah yang dapat kita uarikan dalam makalah ini sebagai berikut :
1.      Siapa  saja filsuf  yang ada sebelum sokrates?
2.      Bagaimana teori-teori filsafat sebelum sokrates?

B.     Tujuan Masalah
Setelah rumusan masalah diatas tujuan dari makalah ini :
1.      Mengetahui ajaran-ajaran filsafat sebelum sokrates
2.      Mengetahui teori-teori filsafat yang ada sebelum sokrates
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Thales (624-546 SM)
Dilahirkan di Milatos, pulau Ionia, Yunani. Beliau dijuluki sebagai bapak filsafat karena menurut sejarah, dialah orang yang bermula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan mendasar: what is the nature of the world stuff ? (apa sebenarnya bahan alam semesta ini?).
Pendapat Thales:
v  Air adalah bahan utama darimana segala sesuatu dibuat.[1]
Air adalah zat yang dapat bersifat padat  sebagai es, cair sebagai air, gas sebagai uap dan udara (hydrogen dan oxygen ).
Dan ada sekelompok orang yang melebih-lebihkan pendapat Thales dengan menuduh bahwa kesimpulan serupa diambil oleh Raulullah saw setelah lebih dari dua belas abad tatkala Allah swt berfirman:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ
30. ( Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu. Kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?)


v  Bahwa dalam segala sesuatu terdapat juga Tuhan.
Hal ini menunjukkan bahwa Thales bukanlah seorang materialis. Bagi Thales, Tuhan serupa dengan roh abadi bagi segala isi alam seperti kesatuan jiwa dengan jasmaniah kita. Tuhan terdapat dalam segala-gala Magnet menarik besi. Dalam magnet pun terdapat jiwa atau ruh, karena dia dapat menggerakkan besi.
Demikianlah Thales menurunkan dewa dari kahyangan dan menempatkannya dalam segala sesuatu sebagaimana penyair-penyair Yunani menurunkan dan menempatkan dewa-dewa mereka pada puncak gunung Olympus.

B.     Anaximander (611-547 SM)
Anaximander (Anaximandros) merupakan murid Thales, meninggal dua tahun lebih dulu dari Thales. Dia juga merupakan penentang dari paham Thales.
Pendapat Anaximander:
v  Tidak mungkin segala sesuatu berasal dari air, akan tetapi dari bahan lain[2]
Dia menolak menegaskan dari bahan apa segala sesuatu terjadi. Dia hanya menyatakan bahwa segala sesuatu terjadi dari suatu bahan yang tidak dapat ditentukan, yaitu Apeiron.
Menurut John Burnet, ahli sejarah filsafat yunani dari Inggris; Apeiron ialah sesuatu tidak terbatas darimana segala sesuatu terjadi dan kepadamana mereka kembali lagi.
v  Asal mula sesuatu itu satu (tidak jamak), tidak berkeputusan dan tidak terhingga. Ia selalu bekerja dan tidak terhenti dan yang dijadikannya tidak terhingga jumlahnya.[3]

C.    Anaximenes (585-525 SM)
Seperti halnya Thales dan Anaximander, Anaximenes juga berasal dari Miletos. Dia juga merupakan murid dari Anaximander, tak heran jika pemikirannya ada kesamaan dengan gurunya. Pendapatnya lebih menunjuk kepada sesuatu yang jelas dalam pengertian namun tidak terbatas ujung dan pangkalnya dalam kenyataan.
Pendapat Anaximenes:
v  Udara, sebagai bahan pokok darimana alam dibuat.
Menurut dia, ruh adalah udara, api juga udara-udara dalam keadaan memuai. Jika dipadatkan, udara mula-mula menjadi air, kemudian dipadatkan lagi menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu.
v  “Sebagaimana ruh dan jiwa kita terdiri dari udara yang mengelilingi kita, begitu pula nafas dan udara mengepung dunia keseluruhannya.”
v  Bahwa bumi berbentuk datar dan terapung di atas udara dari atas penjuru seperti daun kering yang sedang berterbangan. Benda-benda di langit juga terapung di atas udara.

D.    Pythagoras (580-500 SM)
Seorang filosof yang berasal dari pulau Samos ini mempunyai pandangan berbeda dengan filosof pendahulunya. Thales mengatakan air, Anaximander mengatakan peiron (sesuatu yang tidak terbatas), Anaximenes mengatakan udara, yang dapat kita anggap sebagai sithesis antara apeiron dan benda tertentu. Sedangakan Pythagoras beranggapan bahwa hakekat dari segala sesuatu ialah angka.
Kalau dahulu bangsa yunani hanya mementingkan kegagahan dan kekuatan badan karena terpengaruh oleh para ahli syair-syair homrus. Maka semenjak tersiarnya filsafat phytagoras, mulailah perhatian mereka ditujukan kepada budi dan akal (ilmu pengetahuan).
Pendapat Pythagoras:
v  Batas, bentuk dan angka adalah sesuatu yang sama.
Benda satu dengan benda lain dibatasi oleh angka, menentukan segala sesuatu adalah melalui bilangan.
Segala sesuatu dalam alam raya tidak tertentu dan tidak menentu, benda atau materi adalah sesuatu yang tidak tertentu, baru setelah memiliki batas bentuk dan angka ia menjadi tentu dan pasti.
v  “All things are number”
Tampak seolah-olah nonsense dan omong kosong belaka, akan tetapi justru ajaran itulah yang menjadi salah satu pokok pangkal ilmu hakekat, ilmu pasti, theology, mistika dan tasawuf. Semakin besar kegagalan yang ditemui orang dalam hidupnya sehari-hari, semakin besar kesediaan dia untuk terbang dari dunia kebendaan dan merindukan sesuatu yang hakiki dan abadi, semakin besar kesediaannya menerima barang keramat dan mistik.[4]
v  Jiwa itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh ke dunia.
Karena berdosa dan dia akan kembali kepada tuhan setelah bersih dosanya. Kepergian ini tidak bisa dicapai sekaligus, tapi harus melalui dunia jiwa. Yaitu masuk berulang kembalinya ke dalam tubuh mahkluk setelah mendapatkan bermacam-macam siksa dan penderitaan, barulah jiwa itu suci dan dapat kembali kehadapan tuhan (ke dalam linkungan tuhan).
Dalam penyucian jiwa ini Phytagoras mengajarkan:
a.       Melarang makan daging dari binatang berjiwa
b.      Mengajarkan hidup zuhud.
c.       Menganjurkan untuk menyiksa diri orang yang hendak memasuki tarekat phytagoras dengan cara menyuruh berdiam diri tidak berkata-kata selama 5 tahun.
v  Bumi ini berbentuk bulat.
Menurut dia bentuk yang paling sempurna dalah bentuk bulat, karena itu bumi pun harus berbentuk bulat. Pendapat ini menjadi acuan pertama bagi pemikir ilmu bumi pada masa selanjutnya.
E.     Xenophenes (570-480 SM)
Di samping filosof, dia seorang penyair. Syair-syairnya lebih menitik beratkan pada pendidikan masyarakat dalam beragama dan berbakti kepada Tuhan, khususnya di kota Elea,Yunani.
Pendapat Xenophenes:
v  Tuhan hanya ada satu, Dia tidak serupa dengan manusia karena dia sempurna dan kesempurnaannya itu adalah tunggal.
Dia mengecam kepada penyair-penyair yang menggambarkan Tuhan sebagai dewa-dewa yang mempunyai sifat-sifat seperti manusia.
“kalau manusia mengira bahwa Tuhan serupa dengan manusia, berkaki, bertangan, dll. maka hewan pun kalau pandai menggambar bentuk, ia akan menggambar serupa dengan dirinya.” Padahal hakikat Tuhan mustahil digambarkan oleh manusia.[5]
v  Tuhan itu bersatu dengan alam, karena Dia mengisi seluruh alam.
v  Matahari dan bintang-bintang adalah uap yang panas yang menyala-nyala. Bila hari telah malam, matahari dan bintang menjadi musnah. Untuk penggantinya terjadilah matahari dan bintang-bintang baru yang terdiri dari uap.
v  Dunia ini selalu dalam perubahan.
Menurutnya, kulir-kulit tiram yang pernah dijumpai di gunung menunjukkan bahwa gunung itu dahulunya laut. Dahulu laut sekarang gunung, dahulu ada sekarang tiada, demikianlah timbul dan musnah, ada dan tiada timbul silih berganti.

F.     Heraklitos( 540-475 SM)
Lahir di Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia kecil. Ia mengemukakan bahwa segala yang ada itu “sedang menjadi” dan selalu berubah. Heraklitos terkenal dengan ucapannya: “pantai rei kai uden menci” yang berarti segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai, sehingga tidak satu orangpun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Sebab air sungai yang pertama sudah mengalir, berganti dengan air yang dibelakangnya. Demikian juga halnya dengan segala yang ada, tiada yang tetap semuannya berubah. Hakikat dari segala sesuatu adalah “menjadi”.
Pendapat Heraklitos:
v  pengetahuan sejati adalah pengetahuan yang berubah-rubah, sehingga realitas merupakan sesuatu yang khusus dan dinamis.
v  Realitas adalah dunia materi dimana tiap-tiap realitas berbeda satu dengan yang lainnya, tidak ada hal yang tetap berlaku umumya.
v  Setiap benda merupakan sintensis dari hal-hal yang saling bertentangan, dua ekstrim yang saling bertolak belakang.
Segala hal yang ada mengandung di dalam dirinya keingkaran (onkenning) dari dirinya sendiri. Namun pertentangan itulah yang justru menciptakan suatu kesatuan, keharmonisan yang paling indah. Yang satu adalah banyak dan sebaliknya yang banyak adalah satu. Setiap pertentangan menciptakan keadilan, seperti: musim dingin dan musim panas, siang dan malam, bangun dan tidur, cinta dan benci, tua dan muda, dan sebagainya, yang masing-masing adalah sama, dan mengandung maksud sendiri-sendiri. Segala yang ada lahir dari pertentangan seperti yang muda menjadi tua dan yang tua melahirkan yang muda, unsur yang satu hidup karena matinya unsur yang lain dan sebagainya.
v  Dunia adalah satu.
Semua benda saling berhubungan, meskipun pertama-tama saling bertentangan, dan dibalik segudang benda yang ada di dunia ini ada suatu kesatuan tunggal.
 Logos-logos menyatukan segala hal yang tampak bertentangan, memberikan tatanan bagi kekacauan, memberikan hukum bagi perubahan dan perizinan. Dan Logos bukanlah jenis lain dari bahan.
Dan perbedaan antara dunia dan penampakannya yang kita jumpai dalam pandangan sehari-hari terhadap benda-benda dunia sebagaimana adanya. Menurut orang yang terbijak di antara para filsuf ini, tidak pernah terlihat lebih besar.
v  Segala yang ada adalah selalu berubah dan “sedang menjadi”. Asas pertama dari semua itu adalah api.
Api adalah lambang perubahan dan sekaligus kesatuan. Api memusnahkan segala yang ada dan mengubahnnya menjadi abu dan asap.
v  Logos (akal atau wahyu) adalah hukum dan mengendalikan segala sesuatu, dan manusia akan selamat bila hidup sesuai dengan logos.
Di dalam logos segala sesuatu adalah satu. Dari yang satu itu lahirlah segala sesuatu dan segala sesuatu itu menciptakan yang satu. Kesatuan hanya mungkin tercipta dari pertentangan, sehingga dikatakan bahwa peperangan adalah bapa segala sesuatu. Segala pertentangan itu bersatu dan membentuk harmoni yang paling indah. Hukum tersebut berlaku untuk segala yang ada : mengatur alam semesta dan hidup manusia.
v  Kemajuan yang ada di dunia ini adalah dari pertentangan dan perjuangan.
Hal ini adalah dikarenakan segalanya ini adalah berubah, jadi dunia ini dapat dikatakan tempat perjuangan dan tempat pertentangan. Perjuangan dan pertentangan itu adalah segala pokok kemajuan, yang merupakan hasil dari kompetisi.

G.    Parmenides (540-470 SM)
Dilahirkan di Elea, dia seorang politikus yang menjabat jabatan tertinggi dalam ilmu pemerintahan. Dia murid dari Xenophenes, sehingga pokok-pokok filsafat Xenophenes menjadi pokok pembicaraan di dalam filsafat Parmenides.
Pendapat Parmenides:
v  Kebenaran itu ada yaitu kebenaran bulat dan penuh.
Yang dimaksud disini adalah Tuhan, tetapi manusia hanya sampai kepada kebenaran itu dengan jalan berfikir menggunakan akal atau logika.
v  Yang ada itu satu dan tetap, yang banyak tidak ada.
Dari sini terlihat bahwa Parmenides termasuk paham monotheisme, dalam wujud istilah arabnya “wihdatul wujud”.

H.    Democritos (460-370 SM)
Filsafat Democritos lebih menitikberatkan dalam pembahasannya tentang “ADA”. Beliau diakui sebagai tokoh atau pelopor besar yang telah meletakkan dasar ilmu pengetahuan.
Pendapat Demokritos:
v  Keadaan yang ada itu terdiri dari atom-atom.
Dia memberi titik berat kepada keadaan-keadaan yang ada. Dan sudah sewajarnya apabila beliau berkesimpulan bahwa; ”Tidak Ada itu Ada”. Maksudnya, kenyataan itu terdiri dari ada dan tidak ada.
Sifat atom itu sendiri keras susunannya dan macam-macam bentuknya, atom itu selalu bergerak disebabkan atom yang satu didorong atau didesak oleh atom yang lain, adapun jalannya atom-atom itu lurus. Tetapi dalam perjalanan itu saling bertubrukan, karena adanya pertubrukan inilah maka terjadi peristiwa planet. Kalau atom bersatu, maka timbullah kelompok alam yang bermacam-macam, seperti air dan pohon yang bermacam-macam. Hal  inilah yang nantinya akan timbul faham materialis.
v  Bahwa materi sebagai unsur yang terkecil tidak dapat hancur (apa saja tidak dapat hancur) ini sampai pada kesimpulan bahwa alam ini kekal, yang berubah-rubah itu adalah susunannya.
v  Proses bergeraknya segala sesuatu itu abadi.
v  Adanya energi (wet keseimbangan) atau hukum gerakan.
v  Tidak ada yang terjadi secara kebetulan, tetapi selalu mengikuti wet.
v  Segala sesuatu itu tidak  mempunyai  tujuan sendiri, tetapi diatur oleh induk tujuan.

Sofisme
Suatu aliran yang berpaham bahwa kebenaran itu relatif adanya, yang terlahir di Yunani sekitar abad ke 5 SM. Dalam garis besarnya, terletak pada sesuatu yang nampak khusus yang dapat dicapai oleh panca indera manusia. Semua pengetahuan manusia bersifat relatif dan pada akhirnya tidak benar sama sekali.
Aliran  ini dipraktekkan oleh kaum sufis, nama suatu kelompok cendekiawan yang mahir berpidato pada zaman yunani kuno. Mereka selalu berusaha memengaruhi khalayak ramai dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-pidato mereka agar terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung.
Gorgias, salah seorang tokoh kaum sofis berpendapat[6]:
v  Tak satu pun yang ada.
v  Jika ada sesuatu pun tidak dapat dipahami.
v  Jika sesuatu dapat dipahami, orang tak dapat mengatakan apapun tentangnya.
Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai penutup era filsafat pra-sokrates, sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di dalam filsafat Yunani.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Istilah filsafat yang dikenal hingga kini, berawal dari yunani. Thales adalah filosof pertama yang dikenal sebagai bapak filsafat. Dan setelahnya, barulah muncul filosof-filosof dengan pemikiran  yang lebih berkembang. Seperti Anaximander dengan teori apeiron-nya, Anaximenes dengan teori udara-nya, Pythagoras dengan teori angka dan zuhud, Xenophenes dengan konsep Tuhannya Heraklitos dengan teori hubungan realitas dan logos, Parmenides dengan monotheisme dan Demokritos dengan teori atom-nya.













DAFTAR PUSTAKA
Solomon, Robert C, sejarah filsafat,Bentang Budaya, 2000
Anhari, Masjkur, filsafat sejarah, Diantania, Surabaya, 2007
Suhar, filsafat umum,GP Press, Jakarta, 2009
Sudarsono, ilmu filsafat suatu pengantar,Rineka Cipta, Jakarta, 2001
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011


[1] Suhar, filsafat umum, GP Press, Jakarta, 2009, hal.53
[2] Suhar, filsafat umum, GP Press, Jakarta, 2009, hal.55
[3] Sudarsono, ilmu filsafat suatu pengantar,Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal.15
[4] Suhar, filsafat umum,GP Press, Jakarta, 2009, hal.65
[5] Anhari, Masjkur, filsafat sejarah, Diantania, Surabaya, 2007, hal.64
[6] Solomon, Robert C, sejarah filsafat,Bentang Budaya, 2000,hal.73